Sebagian besar SmartParents tentu menantikan hasil USG untuk mengetahui jenis kelamin sang buah hati tercinta. Tapi tahukah Ibu, pemeriksaan ini menyimpan banyak informasi penting lainnya untuk kesehatan janin dan ibu?
Ultrasonografi (USG) merupakan alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Bunyi ultrasonik yang digunakan USG memiliki frekuensi lebih dari 20 kHz, teknik ini memanfaatkan konsep refleks bunyi. Suara merupakan fenomena fisika untuk mentransfer energi dari satu titik ke titik yang lainnya. Saat bunyi ditembakkan ke organ, maka organ-organ besar akan memantulkan bunyi. Terdapat koefisien yang besar dan yang kecil, sehingga hal ini yang akan menghasilkan citra atau gambar.
Adapun jenis-jenis USG yang perlu SmartParents ketahui, diantaranya:
1. USG 2D
USG ini akan menghasilkan gambar “datar” yang tidak terlalu jelas karena terlihat hanya dari satu sisi dan biasanya pasien sulit memahami. USG 2D ini dapat digunakan untuk melihat organ-organ internal, gerakan janin, mengukur panjang dan berat janin, dan dapat mendeteksi kelainan sebesar 80-90%.
2. USG 3D
USG ini memberikan hasil yang lebih detail secara gambar tiga dimensi sehingga mudah dipahami oleh pasien. USG 3D dapat digunakan untuk melihat anatomi tubuh janin dan mendeteksi kondisi kelainan pada janin lebih jelas.
3. USG 4D
USG 4D biasa juga disebut sebagai SD live atau real time. USG ini paling canggih karena dapat menghasilkan gambar tiga dimensi, lebih detail, akurat, dan tampak seperti aslinya, sehingga seperti sebuah film. Pasien akan dapat melihat dengan jelas bentuk anggota tubuh, gerakan janin, dan ekspresi wajahnya. Pendeteksian kelainan pada USG 4D ini dapat terlihat secara jelas, seperti kelainan plasenta atau kehamilan ektopik.
4. USG doppler
Doppler merupakan alat USG yang memberikan informasi kecepatan arah dan aliran darah, karena pada frekuensi ultrasonik pada tubuh terjadi pergeseran frekuensi yang disebabkan efek Doppler. Frekuensi yang diterima transduser lebih rendah jika aliran darah menjauhi transduser dan lebih tinggi bila aliran darah mendekati transduser.
Pemeriksaan USG pada kehamilan berguna untuk menunjang penilaian klinis yang tepat dan akurat terhadap suatu kehamilan yang dinilai dari beberapa penilaian seperti lokasi kehamilan, mengidentifikasi jumlah janin yang sedang dikandung, dan membantu dalam pengambilan keputusan diagnosis prenatal pada kasus kelainan kongenital pada janin. Seperti yang SmartParents tahu, kehamilan dibagi menjadi 3 masa kehamilan yaitu trimester 1, trimester 2, dan trimester 3. Dalam 3 masa ini terjadi pertumbuhan, pematangan, serta perkembangan pada janin yang selain dinilai dari bertambahnya berat badan ibu dan bertambahnya tinggi rahim pada saat pemeriksaan luar atau saat dilakukan pemeriksaan palpasi terhadap abdomen atau perut ibu.
Trimester 1
USG pada trimester pertama dilakukan untuk:
Memastikan lokasi kehamilan (apakah dalam rahim atau tidak).
Menilai jumlah janin (apakah hamil kembar atau tidak).
Mendeteksi dini kehamilan abnormal, seperti kehamilan ektopik.
Mendiagnosis keguguran dini berdasarkan kondisi kantung kehamilan dan aktivitas jantung janin.
Evaluasi anatomi ibu, seperti kondisi rahim, serviks, dan organ sekitar (adneksa). Jika ditemukan kista ovarium, mioma, atau massa lain, akan dipantau selama kehamilan.
Jadi, pada trimester ini, USG bukan hanya memastikan kehamilan, tapi juga menghindarkan Ibu dari risiko-risiko kehamilan yang tak terdeteksi lewat pemeriksaan biasa.
Trimester 2 dan 3
USG pada trimester kedua dan ketiga memberikan lebih banyak detail mengenai janin dan kehamilan, antara lain:
Evaluasi pertumbuhan janin: apakah tumbuh sesuai usia kehamilan.
Survei anatomi janin (ideal dilakukan di usia 18–20 minggu), yang meliputi:
Struktur otak (ventrikel serebral, falx, cavum septum pellucidum, cerebellum, cisterna magna)
Bibir atas (untuk deteksi celah bibir)
Empat bilik jantung dan saluran keluarnya
Lambung, ginjal, kandung kemih
Tulang belakang, tangan, kaki
Dan tentunya: jenis kelamin
Evaluasi plasenta:
Posisi plasenta terhadap ostium uteri internum (bisa berisiko jika terlalu dekat)
Jumlah pembuluh darah tali pusat (idealnya 3 pembuluh: 2 arteri, 1 vena)
Lokasi insersi tali pusat (misalnya insersi sentral, marginal, atau velamentosa)
Kondisi cairan ketuban, apakah terlalu banyak (polihidramnion) atau terlalu sedikit (oligohidramnion).
Posisi janin dan plasenta menjelang persalinan.
Panjang serviks, untuk mendeteksi risiko kelahiran prematur atau insufisiensi serviks.
Pemantauan kelainan pada ibu, seperti kista ovarium atau mioma, meski visualisasinya terbatas saat kehamilan semakin besar.
Pemeriksaan di trimester ini bisa memberikan gambaran komprehensif tentang kesehatan janin dan kesiapan ibu menjelang persalinan.
USG kehamilan bukan hanya momen “tebak-tebakan” jenis kelamin. Dengan memanfaatkan teknologi USG secara maksimal, SmartParents bisa lebih siap menghadapi proses kehamilan, mendeteksi dini gangguan, dan tentunya menjaga tumbuh kembang si kecil sejak dalam kandungan.
Jadi, yuk SmartParents jangan cuma fokus ke gender bayi! Manfaatkan USG untuk mengenal kondisi kehamilan lebih dalam dan menjaga kesehatan si kecil sejak dini.
Sumber:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Pentingnya USG Pada Kehamilan. Diakses dari https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/967/pentingnya-usg-pada-kehamilan
Herlambang, H. (2020). Buku Referensi Ultrasonografi Obstetri Dasar Untuk Mahasiswa Kedokteran dan Dokter Umum. Universitas Jambi. Diakses dari https://repository.unja.ac.id/19589/2/Buku%20Referensi%20USG.pdf
Syarifuddin, S. (2019). Ultrasonografi Obstetri Dalam Perspektif Medis, Kaidah Bioetika dan Hukum. Widyahusada Health Journal, 1(1). Diakses dari https://whj.umi.ac.id/index.php/whj/article/download/2/1