Puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim yang sudah baligh. Namun, bagi anak-anak yang belum baligh, puasa masih bersifat pembiasaan. Dalam hal ini, orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mengenalkan serta membiasakan anak untuk menjalankan ibadah puasa.
Tahapan Pembiasaan Puasa Untuk Anak
Menurut Ustadzah Farida Nuraini, S. sos, Mch, Cht, seorang ahli dalam bidang parenting pada wawancara secara online (21/03/2025), “pembiasaan puasa pada anak dapat dilakukan secara bertahap”. Untuk anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) bisa dimulai dengan “Pengenalan” tentang puasa. Smart Parents bisa melakukannya dengan menceritakan tentang keutamaan puasa dan mengajak anak untuk ikut sahur serta berbuka.
Sementara pada anak usia Sekolah Dasar (SD), sudah mulai “Pembiasaan” dengan mengajak anak Latihan puasa setidaknya setengah hari dan dilakukan secara bertahap sampai bisa puasa penuh.
Kenapa anak usia SD sudah harus melakukan pembiasaan?
Karena pada usia Mumayiz, sekitar usia 7 tahun, anak sudah mulai memahami nilai-nilai baik dan buruk. Pada usia ini, peran orang tua sangat penting dalam memberikan bimbingan dan dukungan untuk anak. Namun ketika di sekolah, peran tersebut akan beralih kepada guru yang ikut membentuk karakter dan kebiasaan ibadah anak.
Ketika anak memasuki usia 10 tahun, ajaran tentang ibadah termasuk puasa sudah harus diperkuat. Smart Parents harus lebih tegas dalam membimbing anak agar mereka memahami bahwa puasa merupakan bagian dari kewajiban agama yang harus dijalankan.
Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Anak Berpuasa
Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam menerima motivasi, tergantung pada Bahasa cinta yang ada pada dalam diri sang anak. Ada lima Bahasa cinta yang dapat diterapkan Smart Parents untuk memberikan motivasi kepada anak agar semangat dalam berpuasa:
Word Of Affirmation (Kata-Kata Pujian)
Anak-anak yang memiliki Bahasa cinta pujian akan merasa senang dan termotivasi apabila mendapatkan pujian dari orang tuanya. Kata-kata pujian seperti, “Hebat sekali, sayang. Kamu sudah bisa puasa sampai Maghrib. Ayah dan Ibu bangga sekali padamu.”
Physical Touch (Sentuhan Fisik)
Sentuhan fisik seperti pelukan, elusan kepala, atau menggenggam tangan dapat memberikan energi, rasa nyaman, dan dorongan emosional yang kuat bagi anak agar semangat menjalankan puasa.
Acts Of Service (Tindakan Melayani)
Salah satu cara menunjukkan Bahasa cinta ini adalah dengan melayani anak, seperti menyiapkan makanan sahur dan berbuka yang anak sukai. Hal ini bisa menjadi bentuk perhatian yang membuat anak merasa dihargai.
Quality Time (Waktu Berkualitas)
Kebersamaan dalam keluarga menjadi faktor penting dalam membangun semangat anak untuk berpuasa. Dengan mengajak anak berbuka bersama, shalat berjamaah, atau menceritakan pengalaman puasanya akan menjadi momen yang berharga untuk mempererat ikatan keluarga.
Receiving Gifts (Memberikan Hadiah)
Memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi bisa menjadi salah satu cara untuk memotivasi anak.
Membiasakan anak untuk berpuasa merupakan proses yang membutuhkan kesabaran yang luas. Dengan memahami Bahasa cinta anak, Smart Parents dapat memberikan motivasi yang sesuai agar anak semangat dalam menjalankan ibadah puasanya.
Sumber:
Artikel ini dibuat berdasarkan hasil wawancara yang tim kami lakukan secara langsung dengan Ustadzah Ibu Farida Nur Aini, S. sos, Mch, Cht, selaku ahli dalam bidang Parenting.